home

CINTA SEJATI IBU DAN ANAK

Namaku Memet. Aku lahir sebagai anak tunggal. Kedua orangtuaku bekerja.
Kami tinggal di pinggiran kota Jakarta. Setiap hari, ayahku akan
berangkat pagi jam 5.30 pagi menuju kantornya dengan motor. Sementara
aku akan dibonceng ibu ke sekolah pada jam setengah tujuh untuk
selanjutnya ibu akan bekerja setelah aku didrop di sekolah.

Ritual pagi kami dalam menyambut hari kerja dan hari sekolah adalah
sebagai berikut: Ayah akan bangun duluan sekitar jam 4.45, karena ia
memang harus berangkat pagi. Ia akan mandi sekitar lima belas menit dan
segera membangunkanku untuk mandi pada jam 5 pagi. Saat itu ibu akan
bangun waktu ayah bersiap berangkat ke kantor untuk mempersiapkan
sarapan dan pakaian ayah.

Mereka akan sarapan bersama. Aku biasanya selesai mandi jam lima lewat
dua puluh dan bersiap-siap. Aku biasanya turun ke ruang makan jam 5
lewat 30 untuk sarapan. Saat itu ibu biasanya sudah selesai mencuci
perabotan atau merapikan dapur. Lalu ibu akan mandi jam 5.35 sampai
kurang lebih jam 6. Lalu ibu akan berdandan dan bersiap-siap hingga jam 6.

Keluarga kami adalah keluarga sederhana dan sopan. Ayah termasuk salah
satu orang yang dijadikan panutan dalam hal beribadah oleh para tetangga
kami (aku tak akan memberikan detail tentang ini), yang jelas, ayahku
terkenal alim. Ibuku juga termasuk ibu yang dianggap alim karena aktif
dalam berbagai kegiatan ibu-ibu di kompleks dan juga dalam aktivitas
berkeagamaannya.

Karena itulah, di dalam rumahku, kesopanan dan adat dijunjung tinggi.
Kedua orangtuaku tidak pernah menggunakan kata-kata yang kotor. Belum
pernah kudengar mereka mengeluarkan umpatan tentang bagian tubuh atau
hubungan intim manusia ketika mereka marah. Paling banter ayahku akan
memaki Semprul! atau terkadang Sial!

ataupun makian nama-nama hewan itupun kalau kemarahannya sudah tak bisa
dibendung lagi, dan kejadian seperti itu sungguh sangat jarang.
Menurutku, bagi mereka, berkata-kata kotor yang saru sangatlah dilarang,
karena mungkin bagi mereka hubungan seksual itu adalah sesuatu yang
jorok atau sebaiknya dihindari.

Ini kuperhatikan dari fakta bahwa kedua orangtuaku memiliki kamar yang
terpisah. Setelah aku mengetahui mengenai seks (itu juga dari pergaulan
di sekolah), maka aku barulah mengerti bahwa terkadang di malam hari,
terdengar langkah berat ayah dan bunyi pintu kamar ibu dibuka lalu
ditutup lagi, itu berarti mereka akan berhubungan seks.

Namun frequensi hubungan seks mereka sangatlah jarang. Terlebih lagi, di
dalam rumah, tak pernah aku melihat ayah mencium pipi ibu, apalagi
bibirnya. Kalau ibu cium tangan ayah, itu tiap hari dilakukan bila ibu
pamit untuk pergi ke suatu tempat, atau bila ibu tiba di rumah dan saat
itu ayah sudah ada di rumah, atau bila ibu menyambut ayah pulang.

Karena itulah, aku belajar segala sesuatu mengenai seks di sekolah dari
teman-temanku. Apakah hubungan seks itu, apa saja makian kotor yang ada,
bagaimana bayi dilahirkan dan seterusnya dan seterusnya. Aku tidak
pernah berani menanyakan apapun mengenai hubungan seks dari kedua
orangtuaku. Dan oleh karena pergaulan inilah, minatku untuk mengetahui
lebih jauh mengenai keindahan tubuh wanita mulai terpupuk.

Semenjak aku berusia 12 tahun, di saat aku baru kenal seks, aku menjadi
lebih memperhatikan ibuku. Ibuku adalah wanita karir yang menjaga
tubuhnya dengan baik. Ibuku tingginya sekitar 160 cm. Kulitnya putih dan
tubuhnya kurus. Ibu memiliki dada yang agak besar, namun tidak terlalu
besar. Ukuran bra-nya 34B setelah ku gratak lemari pakaian ibu ketika
tidak ada orang di rumah.

Aku memang sangat terobsesi dengan kecantikan dan keseksian tubuh ibuku.
Sungguhlah sesuatu yang aneh bagiku, karena ayahku sendiri adalah
seorang lelaki yang pendek, tingginya hanya sekitar 155 cm, bertubuh
gemuk. Walaupun wajahnya lumayan ganteng, tetapi kalau ibu dan ayah
berjalan, terlihat lucu juga.

Untung saja aku tidak sependek ayah, mungkin gen yang mempengaruhi
tinggi badanku didapatkan dari ibu. Tinggiku saat aku kelas 2 SMP, saat
aku mulai berhubungan dengan ibu adalah 158 cm. Saat aku bercerita
mengenai kisahku kepada bro Guo Jing, aku berusia 30 tahun dan tinggal
bersama ibu di suatu kota di luar pulau Jawa sebagai suami isteri.

Berbeda dengan cerita-cerita khayalan lain di mana sang anak selalu
berhasil menghamili ibunya pada saat mereka berhubungan badan pertama
kali, aku menghamili ibu saat aku berusia 24 tahun. Ibu selalu memakai
kontrasepsi semenjak sebelum berhubungan denganku, karena waktu itu, ia
tidak mau memiliki anak dengan ayah karena hubungan ibu dan ayahku tidak
harmonis lagi.

Ibu terus memakai kontrasepsi sampai akhirnya aku tamat kuliah.
Sebenarnya aku ingin menghamili ibu dari pertama kali kami berhubungan,
tapi ibu tidak mau dihamili anak sekolahan dan juga, dia bilang bila
ingin menghamili ibu, aku harus serius belajar agar cepat lulus. Pada
usia 22 setengah tahun, aku merampungkan S1 ku lebih cepat, karena aku
mengambil banyak SKS.

Karena aku ingin sekali menikahi ibu secara legal, aku mengurus
surat-surat identitas ibu lewat suatu perusahaan gelap. Walaupun ayah
terus menyantuniku selama aku kuliah, dan ibu tetap bekerja sehingga
kami punya simpanan di bank, tapi mengurus identitas baru untuk ibu
adalah suatu hal yang sangat susah dan mahal.

Untung saja di internet aku bertemu kawan-kawan yang juga memiliki
hubungan sedarah. Ternyata ada perkumpulan rahasia yang membantu
pasangan sedarah yang kesulitan seperti kami. Dari kawan baruku yang
akhirnya aku percayai, namanya sebut saja Guo Jing, aku dikenalkan
kepada beberapa temannya yang ternyata adalah pengusaha-pengusaha
sukses, ada pejabat juga, bahkan ada paranormal segala.

Mula-mula aku skeptis dan curiga. Jangan-jangan mereka adalah jaringan
bisnis porno yang menginginkan sesuatu dari aku dan ibu. Tapi semuanya
ternyata berjalan dengan baik. Bahkan aku ditawari kerja oleh, sebut
saja Pak Febri, seorang pengusaha tambang di Kalimantan yang memiliki
beberapa isteri yang ternyata semuanya ada hubungan darah dengannya.

Pada saat aku berusia 24 tahun dan ibu 41 tahun, kami menikah di
Kalimantan, pernikahan sederhana yang dihadiri bosku dan beberapa kawan
dari komunitas rahasia kami, saudara ˜ketemu gede™ku, Guo Jing juga
hadir sebagai saksi. Setahun kemudian anak pertama kami lahir. Aku
sering menggoda ibu dengan mengatakan padanya bahwa aku telah memberikan
cucu kepada ibuku dan ibu selalu tertawa dan biasanya kami akan
mengalami persenggamaan yang penuh gairah setelahnya.

Kembali ke pengalamanku waktu aku berusia 12 tahun. Aku selalu berusaha
untuk dekat dengan ibu saat ia sedang bersiap di kantornya. Aku mulai
belagak kebelet dan menunggu di depan kamar mandi sampai ibu keluar dari
situ. Ia pertama kali kaget dan bertanya, aku bilang kebelet sambil
mencuri-curi pandang tubuhnya yang seksi itu.

Lalu aku masuk kamar mandi lalu pura-pura buang air besar. Pertama kali
lihat pemandangan tubuh ibuku berbalut handuk, membuatku nafsu sehingga
aku segera masturbasi setelah menguci pintu kamar mandi. Ada rasa syok
melihat ibu hanya berhanduk dan menyadari bahwa di balik handuk itu
beliau tidak memakai apa-apa membuat nafsuku bagai mau memecahkan kepalaku.

Ritual tambahan ini berlangsung selama beberapa minggu sampai aku merasa
bosan dan ingin melihat lebih jauh lagi. Aku ingin melihat ibu telanjang
bulat saat mandi! Maka aku menyiapkan rencana agar kali ini aku masuk
kamar mandi saat ibu sedang mandi dan mengaku kebelet. Toh sudah lama
aku selalu pura-pura sakit perut tiap pagi setelah ibu mandi dan kenapa
tidak aku coba untuk memajukan jam sakit perut?.

Maka aku mencobanya. Percobaan pertama gagal, karena pintunya dikunci.
Selama beberapa waktu, aku tidak berani mencoba lagi. Pada percobaan
kedua, aku meraih gagang pintu dan mencoba memutarnya ternyata tidak
terkunci. Antara takut dan tidak, aku bergulat dengan pikiranku sendiri
mencoba memutuskan apakah aku berani melakukannya?

Akhirnya saat itu aku tidak melanjutkan usahaku. Terutama karena aku
berpikir bahwa bila aku bilang ibu bahwa aku kebelet dan ternyata tidak
buang air bukankah akan dimarahi? Oleh karena itu, aku mulai melatih
untuk buang air tiap pagi saat aku mandi, walaupun sebelumnya tidak
pernah, namun kuncinya adalah makan malam harus dibanyaki dan juga minum
air putih.

Pada percobaan ketiga, pintu terkunci. Aku gagal lagi. Berkali-kali aku
mencoba, namun tidak pernah berhasil. Entah pada percobaan ke berapa,
aku tidak ingat lagi, aku dengan setengah hati mencoba memutar kenop
pintu, dan ternyata kali ini tidak terkunci! Sayangnya aku melakukan
percobaan ini padahal ibu sudah cukup lama mandi, maklum aku saat itu
agak skeptis, dan percobaanku ini lebih ke iseng saja, dan aku dengar
suara ibu sedang gosok gigi, aku penasaran apakah ibu gosok gigi dengan
tanpa busana ataukah tidak?

Buuuu¦ Memeeet sakit peruuuuuttt¦

Ibu sedang menggosok gigi, dan dengan kecewa kulihat ia memakai handuk.
Dapat kulihat dua payudara ibu yang terbungkus handuknya, bulat dan
tampak tegak. Payudaranya berukuran sedang sehingga masih terlihat ada
jarak di antara 2 bukitnya yang indah yang terlihat mengintip dari balik
handuk yang membalut tubuhnya yang ramping dan agak basah membuat
kulitnya yang putih bersinar ketika terpapar sinar matahari yang masuk
lewat jendela kamar mandi.

Tidak ada cacat di sekujur tubuh ibu yang mulus itu. Bau harum sabun
cair yang dipakainya semerbak memenuhi kamarku. Aku sudah akil baliq dan
selalu bangun dengan kondisi burung yang keras, dengan melihat
pemandangan indah tubuh wanita yang mengandung dan melahirkanku itu,
burungku jadi berdenyut-denyut.

Wajah ibu walaupun tidak bisa disamakan dengan artis ibu kota, tetapi
wajahnya sangat cantik bagiku. Hidungnya yang sedikit betet menghiasi
wajahnya yang tirus dan melancip di dagu kecilnya, matanya yang sedikit
belo dengan alis tipis memanjang, dihiasi oleh lesung pipit kecil yang
mengapit bibirnya yang tipis, menambah kecantikan ibuku.

Setelah itu aku menjadi tidak berani lagi, karena aku melihat wajah ibu
yang setengah syok setengah marah ketika aku masuk kamar mandi
tiba-tiba. Untung saja aku sudah punya alasan, sehingga wajah ibu tidak
menunjukkan kemarahan lagi. Jadi, aku memutuskan untuk play safe dan
ritualku kembali menunggu setelah ibuku selesai mandi dan aku sempat
mencuri pandang tubuhnya, aku akan bergegas ke kamar mandi dan mulai
melakukan sex swalayan, alias masturbasi sambil membayangkan kemolekan
tubuh ibu kandungku itu.

Bulan-bulan awal aku masturbasi secara biasa di kamar mandi. Namun,
beberapa bulan kemudian, aku menyadari bahwa celana dalam dan BH milik
ibu yand dipakai sebelum mandi tentu ditaruh di keranjang baju kotor di
kamar mandi. Aku mulai memakai celana dalam dan BH bekas pakai milik ibu
sebagai bahan masturbasi.

Bagian dalam dari kancut ibu di mana memeknya menempel, kuendus-endus
sehingga aku tahu aroma kemaluan ibuku. Dan ternyata bau memek ibu
sangat mantap tercium di hidungku, bau memeknya adalah campuran antara
bau pesing dengan bau lain yang kuyakin adalah bau tubuh ibu beserta bau
cairan kemaluannya itu.

Bhnya pun kuendusi agar aku dapat mengetahui bau tubuh ibu. Walaupun
baunya tak setajam bau vagina ibu. Sehingga, waktu masturbasi, celana
dalam ibu aku jadikan bahan untuk kuendus, kucium dan jilati, sementara
BH ibu yang halus dan lembut kujadikan alat membungkus kontolku ketika
aku mengocok penis.

Sambil duduk di closet, aku asyik mengocok penisku yang diselimuti BH
ibu, sementara celana dalamnya kugenggam dan ku endus-endus dengan penuh
nafsu. Seringkali bagian selangkangan celana dalam ibu tercetak cairan
kekuningan yang kuyakin adalah campuran sedikit air kencing ibu,
keringat ibu dan air pelumas vaginanya.

Seringkali aku membenamkan wajah di bagian selangkangan itu lalu
menggosoknya sekujur wajahku sambil membayangkan bila suatu saat aku
dapat langsung melakukannya di memek ibu. Seringkali aku hanya menghisap
tanpa henti noda kuning di celana dalam ibu sambil mengocok penisku yang
berlapis BH ibu dengan penuh nafsu.

Orang-orang bilang, seorang lelaki akan selalu mencari perempuan yang
mirip dengan ibunya, dan aku sangat setuju. Ibu adalah orang yang
merawat kita dari kecil, memberikan cintanya yang tulus kepada kita
tanpa minta balasan. Tentu saja cinta seperti ini adalah cinta yang akan
menghasilkan rasa terimakasih dari orang yang menerimanya.

Tentu saja, pada usiaku yang masih sedikit itu, aku tidak mengetahui
pasti apa yang aku rasakan. Yang aku mengerti bahwa, aku sangat menyukai
memandang tubuh ibu dan kemudian mengocok burungku sambil membayangkan
tubuh ibu itu. Aku membayangkan bagaimana rasanya bila aku dapat meraba
sekujur tubuh ibu yang seksi itu.

Hanya saja, saat itu aku sudah puas dengan hanya melihat dan
membayangkan. Tidak lebih. Ada rasa takut sebagai anak kecil untuk
melakukan lebih jauh. Takut kepada ibu, terlebih takut kepada ayahku.
Apa jadinya nanti bila ayahku tahu apa yang ada di otakku? Bisa-bisa
habis aku dihajarnya. Atau bisa saja aku diusir dari rumah karena aku
adalah anak dengan otak yang kotor yang menginginkan ibu kandungnya sendiri.

Saat ibu selesai mandi, ibu akan mempersiapkan diri untuk kerja di
kamarnya dan ibu biasanya akan buru-buru. Dia akan berpakaian seadanya
dulu dan kemudian mondar-mandir sekeliling rumah, entah ke kamar mandi,
entah balik lagi ke kamar tidurnya untuk menyiapkan segala sesuatu
dengan hanya menggunakan bra, cd dan rok dalam.

Di saat ini, aku akan selalu menatap tubuh setengah telanjangnya yang
putih dan seksi itu tanpa berhenti. Aku juga akan selalu mencari alasan
untuk berada dekat-dekat dengannya, memperhatikannya berdandan yang
dilakukannya cukup lama, sekitar seperempat jam, kemudian dia akan
menata rambutnya yang memakan waktu lima menit.

Aku akan berusaha mengajaknya berbicara hal-hal mengenai pelajaran atau
apapun yang ada di dalam pikiranku sambil mencuri-curi pandang tubuhnya
yang seksi dan molek itu, terutama sekali aku menyukai payudaranya yang
bentuknya proporsional sekali menghiasi silhouette tubuhnya yang
ramping. Dua gundukan yang mancung dengan sebuah lembah yang memisahkan
keduanya dengan begitu apik dan sensual.

Jam setengah tujuh ibu selesai bersiap-siap. Dan aku juga bersiap-siap
untuk ke sekolah. Ibuku mengantarku tiap hari menggunakan motor
maticnya, kala aku kelas 3 SD aku mulai malu datang ke sekolah bersama
ibu, namun mulai kelas 6, aku tidak peduli lagi. Ibu selalu menyuruh aku
untuk memeluk ibu dari belakang, maka dengan antusias aku memeluknya
erat-erat.

Wangi parfum ibu membuat burungku sepanjang perjalanan menjadi keras
bagaikan batu. Aku harus berhati-hati agar burungku tidak menempel di
pantat ibu. Inilah salah satu dari empat hal yang paling kusuka di pagi
hari. Hal pertama adalah melihat ibu dengan handuk, hal kedua adalah
masturbasi, hal ketiga adalah melihat ibu berdandan dan hal terakhir
adalah berboncengan dengan ibu saat ia mengantarku ke sekolah.

Demikianlah ritual pagi yang aku lakukan selama tiga tahun. Di mulai
dari aku kelas 6 SD sehingga kemudian aku duduk di kelas 2 SMP. Saat itu
aku berusia 14 tahun dan ibu berusia 34 tahun.

***

BAB DUA

Selama dua tahun itu, aku adalah anak yang mesum. Otakku dipenuhi birahi
kepada ibuku sendiri. Apalagi ibu mulai ikut aerobik ketika aku masuk
SMP, pinggangnya makin ramping dan perutnya makin rata saja. Saat ia
memakai dalaman saja waktu berdandan, aku dapat melihat bahwa tubuhnya
mulai berbentuk perlahan-lahan.

Pada saat aku kelas 2 SMP, body ibuku walaupun ramping namun mulai
berbentuk. Hampir seperti model swimsuit di majalah. Aku semakin lama
semakin tidak puas hanya memandang dan berfantasi mengenai ibu. Perlahan
aku mulai dapat memahami bahwa cintaku terhadap ibu kini lebih meluas
lagi. Aku tidak hanya mencintainya sebagai seorang anak, tetapi aku
mulai melihat ibu sebagai lawan jenis, dan aku mempunyai hasrat besar
untuk dapat mengawini ibuku.

Dalam kurun waktu itu juga, sahabatku mengajarkan kepadaku teknik untuk
mengurut penisku menggunakan minyak yang entah dia bawa dari mana, dia
tidak mau bilang. Dia bilang teknik itu dapat membantuku agar burungku
menjadi besar dan gagah. Biasanya ia bermain ke rumahku, dan kami
biasanya membuka buku porno atau majalah dewasa, yang entah dia dapat
dari mana juga, untuk bermasturbasi membayangkan cewek-cewek yang ada di
buku atau majalah itu.

Sebenarnya aku tidak percaya, tetapi dia menunjukkan burungnya padaku
dan memang lebih besar dari burungku, padahal kami memiliki postur tubuh
yang sama. Dia bilang, cewek itu suka barang cowok yang besar. Jadi
nyesel kalau aku tidak ikut memperbesar kemaluanku seperti dia. Akhirnya
aku menurut saja dan tiap hari ketika pulang sekolah, aku mengurut
penisku dengan atau tanpa temanku itu.

Di kemudian hari aku mengetahui bahwa ibu temanku itu adalah orang
pintar yang pekerjaannya khusus mengurut alat vital pria agar lebih
besar. Sejenis Mak Erot-lah. Itulah mengapa ia tidak pernah mengajakku
ke rumahnya. Karena walaupun rumahnya besar, tapi ia malu kalau ada
temannya yang melihat plang nama ibunya di depan rumah yang bertuliskan,
Dini Dyah Pitaloka, ahli perbesar alat vital dan mencegah ejakulasi dini.

Ketika aku kelas 2 SMP, alat vitalku sudah sepanjang 17 senti, entah
kenapa temanku kalah dariku. Ia malah hanya sekitar 15 senti saja. Kata
temanku itu, sebut saja namanya Sam, tergantung bakat keturunan. Aku
sendiri tidak begitu percaya, karena dulu waktu masih kecil aku pernah
mandi bareng ayah dan milik ayahku jauh lebih kecil dari milikku saat
aku 2 SMP.

Mulai saat itu, aku mulai berfikiran untuk merealisasikan segala
angan-anganku selama dua tahun ke belakang. Aku senantiasa mengingat
kemolekan tubuh ibu, dari membayangkan berubah menjadi pengharapan dan
akhirnya menjadi obsesi. Apakah yang harus kulakukan agar segala
impianku dapat tercapai? Lebih dari sekali aku berdiri di depan kamar
mandi lalu masuk ke dalam saat ia gosok gigi dan berniat untuk membuka
pintu itu lalu mengutarakan maksudku kepada ibu.

Tetapi aku selalu mengurungkan niatku karena aku masih takut. Aku selalu
bilang aku sakit perut. Yang menjadi satu hal yang positif adalah, sudah
beberapa minggu belakangan, pintu kamar mandi tak pernah lagi dikunci
ibu. Mungkin ia merasa bahwa ini adalah kebiasaanku dan karena aku
memang tulus sedang kebelet, sehingga ia tidak mengunci lagi kamar mandi.

Selain itu, aku selalu masuk kamar tidur ibu saat ia berdandan. Aku
selalu mencari alasan-alasan. Salah satunya adalah mencari buku
pelajaranku. Di rumah ini, kamar yang ada AC adalah kamar ayah dan ibu,
sehingga aku sering tidur siang di situ. Aku selalu bawa buku pelajaran
dan dengan sengaja menaruhnya di tempat yang tidak terlihat langsung,
sehingga aku ada alasan untuk masuk dan melihat tubuh ibu.

Pada waktu itu, aku tidak hanya puas dengan masturbasi di pagi hari
menggunakan celana dalam ibu. Aku mulai mencuri celana dalam ibu, agar
tiap saat aku horny aku akan menggunakannya di kamarku. Celana dalam
yang kucuri itu tidak ku jilati, agar bau memek ibu tidak berkurang. Aku
hanya mengendus-endus dan menggosokan wajahku di bagian selangkangan,
sementara aku masturbasi.

Sehari kemudian aku akan mencuri kembali satu celana dalam, sehingga
pada tiap harinya aku akan punya 2 celana dalam ibu dan satu BH. Ibu
memang punya banyak celana dalam dan BH yang sehari diganti dua kali,
yaitu tiap ia mandi. Hari ketiga, aku akan mengembalikan satu celana
dalam ke keranjang kotor dan mengambil satu yang lebih fresh lagi.

Saat dua celana dalam aku miliki, aku akan menggunakan satu celana dalam
yang sudah seharian aku pakai sebagai pembungkus kontolku, sementara
celana dalam yang fresh kupakai di wajahku. Aku selalu menyembunyikan
celana dalam-celana dalam curian itu di dalam lemari bukuku, dalam ATLAS
yang besar, dengan plastik kedap udara yang sudah aku beli untuk menjaga
bau memek ibu agar sebisa mungkin fresh.

Suatu ketika, pada pagi hari, sebelum aku masturbasi, aku seperti biasa
menunggu agak lama sehingga bila sudah waktunya ibu gosok gigi, aku lalu
ketok-ketok pintu. Hari itu ibu membuka pintu dan seperti biasa
menyuruhku menunggu dengan mengangkat tangannya. Setelah ia membilas
mulut, ia berkata.

Lain kali masuk aja langsung deh. Biar cepet. Ibu buru-buru. Capek juga
harus buka kunci, terus pintunya.

Aku menjadi girang. Sempat aku berfikir, ketika ibu mandi aku langsung
saja masuk, tapi aku berkeputusan untuk melakukannya nanti saja. Jangan
langsung. Nanti mencurigakan. Maka untuk beberapa hari, aku selalu masuk
tanpa mengetuk pintu, menunggu ibu selesai gosok gigi, lalu mengunci
pintu untuk melanjutkan masturbasi di kamar mandi dengan pakaian dalam
fresh ibu yang akan kucuri selanjutnya, sementara celana dalam dua hari
yang lalu kukembalikan, tentu saja dengan dijadikan tatakan spermaku
terlebih dahulu.

Seminggu kemudian, adalah hari yang tak terlupakan bagiku. Saat kudengar
ibu gosok gigi, aku langsung masuk, namun menemukan ibu telanjang bulat!
Ibu sedikit kaget, namun melambaikan tangan padaku seperti biasa agar
aku menunggu. Sementara, dalam keadaan setengah syok aku memperhatikan
tubuh telanjang ibu yang ternyata sangat seksi dan melebihi bayanganku
sebelumnya.

Memang kutahu tetek ibu besar bila melihatnya saat hanya memakai BH,
namun aku membayangkan bahwa tetek itu bila terlepas dari BH nya, akan
jatuh ke bawah tanpa dukungan BH dan akan memperlihatkan payudara yang
sudah mengendur seperti bayanganku bila melihat foto-foto wanita stw di
internet. Tetapi tidak demikian dengan kedua tetek seksi ibuku.

Kedua tetek ibu hampir bulat di bagian yang membulat, dan pentilnya
tidak jatuh ke bawah, melainkan tegak hampir di tengah dan pentilnya
tidak sebesar yang kubayangkan. Pentilnya yang coklat mengacung tegak
seukuran setengah kelingkingku waktu itu dengan bagian areola yang
berwarna lebih gelap dari putingnya sedikit lebih besar dari rautan
pensil bulat dengan kaca model tahun 90an.

Sementara ada lembah dalam di antara dua tetek ibu yang mancung dan
menggairahkan itu. Tubuhnya masih basah karena sepertinya belum
handukan, menyebabkan kilauan air terkena cahaya lampu seakan menyihirku
dalam keindahan lekuk tubuh ibu yang sangat sempurna. Apalagi perutnya,
walau bukan perut six pack dan terlihat memiliki beberapa lipatan kecil,
tidaklah buncit.

Aku terpesona dan bagai tersihir dan baru menyadari bahwa ibu sedang
memanggil-manggil namaku.

Memet! Kamu kayak orang bego aja bengong di situ. Ambilkan handuk ibu
di lemari dulu. Handuk ibu tadi jatuh.

Aku bergegas lari ke atas tanpa menutup pintu lalu sekejap sudah kembali
dengan handuk di tangan. Ketika di depan pintu aku berjalan
lambat-lambat. Dari luar aku melihat pintu masih terbuka dan terdengar
bunyi ibu menyiram air dengan gayung ke tubuhnya. Mungkin ia kedinginan
dan tidak ingin masuk angin sehingga menyiramkan air.

Berhubung bak mandinya di hadapan pintu jadi aku melihat ibu dari
belakang. Tubuh belakang ibu yang putih juga tampak sangat indah. Tampak
tonjolan belikatnya menghiasi punggung ramping tapi tidak kurus,
menunjukkan otot punggung yang indah yang menurun menuju pantat yang
sungguh sekal dan bulat dengan lipatan pantat yang begitu rapat sehingga
tidak dapat melihat apa-apa di baliknya.

Ibu membalikkan badan setelah dua atau tiga menit dan melihatku sedang
menjelajahi tubuh telanjangnya. Ia menaruh gayung lalu perlahan
mendekatiku yang di depan pintu. Ibu tidak mengatakan apa-apa hanya
menjulurkan tangan kanannya, lalu aku memberikan handuk. Dalam proses
itu entah kenapa aku tak malu-malu menatapi kedua toketnya kemudian
jembutnya bolak-balik berusaha mengingat-ingat lekuk yang begitu sempurna.

Mataku menatap matanya dengan tidak sengaja, kulihat alisnya agak
terangkat tanda ia seakan bertanya ˜apa lihat-lihat? ™ tapi tak ada kata
yang keluar dari mulutnya. Ia handukan sambil terus melihat aku. Aku
yang merasa di atas angin menjelajahi lagi tubuh ibu yang molek itu.
Ketika ia menggosok ketiaknya, aku melihat bahwa ketiak ibu ternyata
memiliki rambut yang jarang-jarang.

Gerakan ibu tidak cepat juga tidak lambat. Biasa saja. Namun ia tidak
tergesa-gesa. Baru kemudian ia menggosok punggungnya dengan menaruh
handuk dibelakang dan dipegang dengan kedua tangan kiri di atas kepala
dan tangan kanan disamping badan. Agak lama juga, bahkan badannya agak
melengkung kedepan agar punggungnya dapat terkena handuk dengan baik.

Kemudian ia ganti tangan kanan di atas lalu tangan kiri di samping
badan, dengan waktu yang sama dengan sebelumnya. Ibu hanya berjarak satu
langkah dariku. Aku mulai bernafas agak berat menahan nafsuku. Barulah
ibu kemudian membelitkan handuknya dan meninggalkan kamar mandi. Aku
agak minggir namun karena aku masih tercengang gerakanku lambat,
sehingga saat ibu melewatiku lengan kirinya menggesek lengan kiriku.

Ibu tidak bilang apa-apa ketika kami berangkat sesuai jadwal. Tidak juga
ketika malamnya. Aku tidak tahu apakah yang dipikirkan ibu dan ini
membuatku bagai orang gila. Apakah ibu marah? Mengapa ibu tampak tidak
terganggu ketika aku melihatnya telanjang? Tapi yang jelas aku menjadi
bahagia karena aku dapat melihat ibu tanpa sehelai benangpun menutupi
keindahan tubuhnya itu.

Esoknya ketika aku masuk kamar mandi, ibu memakai handuk, yang membuatku
kecewa. Kali ini ibu cuek saja tanpa melambaikan tangan seakan aku tidak
ada di situ. Aku menjadi hilang nafsu untuk masturbasi. Jadi saat itu
aku hanya menukar celana dalam ibu saja untuk bekal siang, sore dan malam.

Tiga hari ke depan, tiap kali gosok gigi, ibu selalu memakai handuk yang
membuat kekecewaanku semakin menjadi-jadi. Tapi kalau dipikir-pikir,
masak ibuku akan membiarkan dirinya telanjang ketika anaknya membuka
pintu tanpa alasan jelas? Waktu itu kan handuk ibu basah, jadi dia tidak
pakai handuk basah.

***

BAB TIGA

Esoknya hari Jum™at. Aku beranikan diri kini untuk membuka pintu ketika
kudengar bunyi pertama kali deburan air terdengar. Kulihat ibu yang
telanjang sedang menyirami tubuhnya dengan air. Ibu yang tampaknya tidak
menyadari terus menyiram tubuh telanjangnya beberapa kali sebelum mulai
menyampo rambutnya.

Sakit perut? Kamu mau buru-buru ke toilet?

Iya. Tapi masih bisa ditahan sedikit.

Ya udah¦ Bilang kalau kamu udah kebelet banget.

Lalu ibu mulai meneruskan menyampo rambut. Ketika ia menyiram rambutnya,
ibu sedikit nungging dengan kepala di majukkan ke depan untuk membilas
rambutnya. Berhubung kedua kakinya sedikit membuka, serta merta aku
melihat lipatan bibir memeknya yang agak tembem namun rapat. Beberapa
saat lewat, sekitar dua menit ibu membilas rambutnya dan mataku tertuju
ke memek rapat milik ibu menyebabkan aku tahu-tahu merasakan kontolku
ejakulasi tanpa dapat ditahan-tahan.

Memet pegel nunggunya. Duduk di sini aja ya?

Ibu tampak sedikit kaget mendengarku masuk, namun ia hanya mengangguk
kecil sehingga sekarang aku mendapatkan tontonan tepat di hadapanku,
bagaikan nonton konser di depan panggung. Karena bak mandinya cukup
rendah, aku nikmati lekuk tubuh ibu yang berbalur busa sabun mandi yang
menambah sensualitas suasana.

minggir kakinya, Met. sambil menaruh kaki kanan di tengah dudukan
kloset. Aku duduk dengan tangan kanan menyender di bak mandi yang ada di
sebelah kananku. Wangi sabun ibu tercium jelas, sementara memeknya yang
belum disabuni terlihat seperti satu robekan lurus saja yang rapat
memanjang dari ujung jembut sampai dekat anusnya.

Saat ibu mulai menyabuni selangkangannya, nafsuku sudah naik lagi.
Kurasakan kontolku mengeras. Tak kusadari aku memajukan badan agar dapat
melihat selangkangannya lebih jelas. Ketika ibu menyabuni memeknya,
bibirnya terkadang merekah karena usapan tangan ibu sehingga sedikit
bagian dalam yang berwarna merah muda terkadang terlihat walaupun lebih
banyak gelap karena tubuh atas ibu menutup sinar lampu.

Proses penyabunan itu berlangsung lagi dari betis perlahan ke atas ke
paha, untuk kemudian kembali ia mengusap memeknya untuk beberapa saat.
Kemudian ia mulai menyabuni punggungnya dengan masih menghadapku.
Sabunnya yang mulai luntur membuat teteknya tampak semakin jelas secara
perlahan. Aku lirik sebentar mata ibu dan ia sedang menatapiku dengan
pandangan serius.

Tak lama ia berkata.

Ibu mau siram. Baju kamu nanti basah.

Aku berpikir sejenak, lalu segera berdiri ke depan pintu membelakangi
ibu dan berusaha secepatnya membuka seluruh bajuku dengan cepat. Ku
tutup pintu dahulu, ibu menoleh sebentar kepadaku kemudian menoleh ke
dinding lagi menunggu. Aku menggantungkan pakaianku setelah aku lepaskan
dari badanku di gantungan di pintu yang hanya terdapat handuk ibu.

Ketika aku duduk ibu mulai menyirami tubuhnya. Tubuhnya sungguh indah,
mau telanjang biasa, telanjang bersabun maupun telanjang penuh siraman
air, semuanya menyebabkan entah kenapa tubuh ibu terlihat bagaikan karya
seni yang amat indah dalam nuansa yang berbeda-beda. Walaupun siraman
itu kadang mempercikiku, aku tak peduli, aku reguk puas-puas pemandangan
indah di hadapanku itu, kujelajahi senti demi senti dari setiap jengkal
bagian tubuh yang dapat kulihat.

Ketika sudah selesai, ibu kukira akan handukkan lagi, tapi ia malah
bergegas mengambil sikat gigi dan mulai menyikat gigi, tetap dengan
menghadapku. Aku tersenyum kecil karena masih dapat berkesempatan
menjelajahi kemolekan tubuh ibuku itu. Ketika aku melirik matanya,
ternyata mata ibu sedang menatap kontolku yang sudah mengeras dan
mengacung dengan bangga.

Akhirnya ibu selesai sikat gigi. Ibu secara cepat mengguyur tubuhnya
beberapa kali lalu mengambil handuknya dan mulai handukkan. Tak lama ia
meninggalkan kamar mandi tanpa menutup pintu.

Aku keluarkan celana dalam dua hari yang lalu miliki ibu, lalu aku ambil
yang baru ditaruh ibu dikeranjang. Tanpa malu-malu dan menutup pintu,
aku mulai masturbasi di celana dalam ibu sambil menghirup aroma dari
celana dalam yang satu lagi. Ketika aku ejakulasi, aku meram sebentar
sambil membenamkan wajah di celana dalam ibu.

gelang ibu ketinggalan, kata ibu sambil mengambil gelangnya di sisi
sana bak mandi sementara aku kaget karena ketangkap basah oleh ibu
dengan satu celana dalamnya menyelimuti penis dan yang lain menutupi
hidungku. Tapi ibu meninggalkanku tanpa berkata apa-apa.

Malamnya, kami dapat kabar gembira bahwa mendadak ayah mendapat proyek
besar dan besok harus berangkat ke luar kota selama sebulan. Bila proyek
ini selesai, maka mungkin ayah akan naik jabatannya. Ibu tampak senang
sekali karena kemungkinan promosi ini, tapi aku senang karena kesempatan
dengan ibu akan lebih banyak.

Keesokan harinya, ayah akan berangkat siangan ke bandara, sehingga aku
tidak memperoleh kesempatan apapun di pagi hari. Tapi saat ibu pulang
kerja, aku menunggu waktunya ia mandi malam. Ibu biasanya sampai rumah
sekitar jam lima. Ia akan mandi jam setengah enam sore. Aku sudah
siap-siap di kamar dengan membuka baju sehingga telanjang.

Kubuka pintunya perlahan, just in case ibu di belakang pintu menghindari
ia terantuk pintu. Kulihat ibu berdiri menghadap pintu dan wajahnya agak
kaget melihatku telanjang. Ibu hanya memakai celana dalam putih. Rupanya
ia sedang dalam proses buka baju. Lalu tanpa bertanya, ibu membuka
celana dalamnya, ketika ia akan menaruh di keranjang, aku yang sudah
berani, mengangkat tanganku meminta celana dalam itu.

Dengan wajah sedikit tercengang ibu menyerahkan celana dalamnya
kepadaku. Sambil mataku menjelajahi tubuh ibu, aku membuka celana dalam
ibu hingga bagian dalamnya terpampang jelas, cairan kuning terlihat
membekas di daerah selangkangan. Sambil menatap mata ibu aku menghirup
celana dalam ibu dalam-dalam.

Sambil menatap mataku, ibu mengatur rambutnya untuk diikat dengan karet
rambut yang sudah berada di pergelangannya. Kedua ketiaknya terpampang
jelas. Dari tadi aku sudah nekat, dan kini tanpa pikir panjang aku
melepaskan celana dalamnya dari wajahku, dan perlahan wajahku mendekati
ibu. Tampang ibu syok melihatku mendekat, namun ia terus mengikat rambutnya.

Beberapa saat kami terdiam. Ibu membiarkan aku membaui ketiaknya sambil
meloco. Namun tak lama ia mundur lalu membalikkan badan, mengambil
gayung dan mulai menyirami badannya. Aku terpana, pikiranku mulai
dipenuhi tanda-tanya. Ibu tidak memarahiku, namun ia tidak membiarkan
aku lama-lama menghirup aroma ketiaknya sambil masturbasi.

Sementara itu, badanku kecipratan air juga ketika ibu menyiram badannya
sendiri. Aku bingung harus ngapain. Ibu meneruskan mandi seakan aku
tidak ada di sini. Ia mulai menyabuni badannya. Di lain pihak, aku
sedang menimbang-nimbang apakah yang harus aku lakukan sekarang? Apakah
aku berani untuk kembali mendekati ibu?

Kali ini sehabis menyabuni tubuh depannya sebentar, ibu menyabuni
punggungnya yang sekarang berada di depanku. Perubahan gaya mandi,
pikirku. Kemarin ia menyabuni kaki setelah menyabuni badan depannya.
Sementara aku berpikir, aku melihat tidak semua punggung ibu dapat
tersabuni. Wah, ada celah untuk dapat menyentuh bidadari cantik yang
melahirkanku ini.

Ga semua punggung ibu kena sabun tuh. Sini biar Memet bantu, kataku
sambil mengambil sabun cair yang ada di bak mandi. Setelah kuberi
sedikit air dan kugosok merata di kedua telapakku, aku ke belakang ibu
dan mulai membantunya menyabuni punggungnya yang putih menggairahkan
itu. Kulit ibu begitu halus dan licin.

Tanganku bagai mengusapi kain sutera yang halus. perlahan aku memajukkan
badanku. Perlahan penisku yang tegang kumajukkan sehingga kini berada di
antara selangkangannya. Berhubung aku masih lebih pendek sedikit dari
ibuku, maka kini kepala kontolku menggesek bibir memek ibu perlahan,
seiring dengan gerakan majuku itu.

Kedua tangan ibu di taruh ke depan, sehingga kini posisi tubuhnya agak
miring ke depan. Kami berdua terdiam. Yang terdengar adalah nafas kami
yang makin lama makin memburu. Ketika penisku tidak dapat maju lagi,
batangku berada tepat di bawah bibir vagina ibu. Saat itu ibu sedikit
merapatkan kakinya walau tidak terlalu menjepit, hanya cukup membuatku
merasakan kedua pahanya mengapit kontolku.

Perlahan aku membuat gerakan mengentot. Kugoyangkan pantatku maju mundur
sehingga kontoku mulai menggesek maju mundur bibir memeknya. Lama
kelamaan bibir memeknya merekah dan aku merasakan batangku menggerusi
otot kenyal yang basah namun hangat. Sekarang kuusap bagian pinggir
tubuhnya dengan kedua tanganku dari pinggang ke atas secara perlahan.

Dalam perjalanannya, kedua telapakku dapat merasakan gumpalan empuk
ketika melewati gundukan samping kedua payudara ibu yang mancung. Saat
kedua tanganku mengelus pinggir tetek ibu, kudengar ibu menghela nafas
perlahan. Tampaknya ia mulai bernafsu juga. Saat tanganku mentok di
ketiaknya, aku usap lagi ke arah bawah, namun kedua tanganku kugerakkan
ke depan juga sehingga perlahan kedua tanganku mulai mengusap payudara
ibu mulai dari atas bongkahan buah dada ibu lalu kedua tanganku berhenti
ketika pada pertengahan telapakku kurasakan pentil ibu.

Sambil terus menggesek-gesek memek ibu dengan batang kontolku, masih
secara perlahan aku remas-remas payudara ibu.

aahhhh ibu mendesah perlahan. Lalu kurasakan pantat ibu mulai
mengikuti goyanganku. Ketika aku menusuk ke depan, ibu akan mendorong
pantatnya ke arahku dan ketika aku menarik pantat, ia akan menarik
pantatnya ke depan. Kami saling masturbasi menggunakan kedua kelamin
kami. Bahasa inggrisnya adalah dry hump, karena ini kami lakukan tanpa
penetrasi.

Aku ingin mencium punggung ibu, maka aku ambil gayung dengan tangan
kananku dan kusiram punggung ibu agar sabunnya hilang. Setelah terlihat
punggung ibu licin oleh air, aku menaruh gayung, menggenggam payudara
kanan ibu lagi, dan mulai untuk menciumi punggung ibu. Punggung yang
halus dan licin itu masih wangi sabun.

ssshhh¦ Hmmmphhh¦ hmmmmphhhhh¦ aaahhhh¦

Birahiku sudah di ubun-ubun. Aku mulai menjilati punggung ibu dan
remasanku tak kusadari sudah lebih bertenaga di banding sebelumnya.
Tiba-tiba kepala kontolku memasuki lubang memek ibu, namun hanya
sebentar untuk kemudian melejit keluar lagi. Ibu memekik pelan, namun
kedua kakinya tiba-tiba saja menjepit kontolku dengan keras sehingga
yang tadinya aku berencana memasukkan saja kontolku ke dalam vagina ibu,
kini tidak dapat dilakukan.

Aku pikir begini saja sudah asyik dan diperbolehkan, oleh karena itu
rencanaku untuk mengentot ibu aku pendam sementara. Bila ibu mendapatkan
kepuasan tentu akan memperbolehkanku melakukan ini lagi. Siapa tahu
suatu saat ia tak akan perduli bila aku menyetubuhinya.

Maka aku terus menggeseki vagina ibu, sambil meremas dan mencium atau
menjilat punggung ibu. Lama kelamaan memek ibu sudah banjir dan licin
karena air pelumas vaginanya sudah keluar banyak. Semakin asyik penisku
bergerak karena licinnya itu. Desahan ibu makin cepat dan keras. Jepitan
pahanya makin keras pula.

Aku tak tahan lagi dan sambil mengenyot punggung tengah ibu, aku
menyemprotkan air maniku yang menyemprot ke bak mandi. Saat itu ibu
tiba-tiba melenguh keras sambil menjepit penisku keras-keras. Selama
beberapa saat kami berdua tenggelam dalam orgasme. Akhirnya setelah itu
ibu melepaskan kontolku dan mulai menyirami badan lagi.

***

BAB EMPAT

Setelah mandi, kami makan malam tanpa bicara di ruang makan. Aku terus
memperhatikan wajah ayu ibu, sementara ibu hanya sesekali saja
melihatku. Setelah makan ibu cuci piring. Aku tetap di meja makan untuk
mengamati lekuk tubuh ibu yang memakai tank top berwarna kuning yang
agak tipis. Sepanjang makan tadi kuperhatikan pentilnya menyembul tanda
ia tidak pakai BH.

Saat ibu sedang asyik melap piring, aku iseng berdiri di belakangnya.
Dengan perlahan aku pegang karet bagian atas hot pants ibu. Ibu kaget
sebentar untuk kemudian melanjutkan lagi aktivitasnya. Aku lalu membetot
celana ibu itu ke bawah perlahan, dan kudapati belahan pantatnya
menyambutku. Ibu tidak pakai celana dalam!

Dikarenakan tidak ada reaksi dari ibu, maka aku meneruskan menarik
celananya hingga akhirnya celana itu di pergelangan kakinya. Ibu tidak
mengangkat kakinya hingga aku yang harus perlahan memegang sebelah
kakinya dan mengangkatnya. Ibu hanya mengikuti. Kulakukan pada kedua
kakinya hingga celana ibu itu lepas dari tubuhnya.

Ketika aku berdiri sambil memegang celana ibu, ibu sudah selesai
mengeringkan piring. Ia berjalan menuju ruang tamu dengan hanya memakai
tank top saja! Aku mengikuti ibu, dan kulihat ia menyalakan tv dengan
remote dan mencari-cari channel yang bagus untuk ditonton. Ibu duduk di
sofa besar di pojok kiri tanpa menyender, aku membuka seluruh pakaianku
di hadapan ibu.

Ibu hanya melihatku sebentar lalu meneruskan memperhatikan TV. Kemudian
aku duduk di sebelahnya dan mulai menarik tank top ibu ke atas. Ibu
tidak membantu sama sekali sehingga agak lama juga aku membugili ibuku.
Aku harus mengeluarkan tank top itu dari tangan yang satu kemudian yang
satu lagi tanpa bantuan.

Setelah ibu bugil dengan penuh kemenangan aku melempar tank top itu ke
lantai menemani celananya yang tadi aku lempar juga ketika aku buka baju
di hadapan ibu. Ibu asyik menonton sinetron. Aku menarik badan ibu ke
belakang agar ia menyender dan tidak ada perlawanan darinya. Kemudian
aku mendorong ibu agar ia kini tiduran di sofa dengan kepala bersender
di lengan kiri sofa besar itu.

Kini ibu bergerak membantuku. Ia tampaknya tahu posisi yang kuinginkan
sehingga ketika kepalanya kutaruh di atas lengan sofa, ia menaikkan kaki
kanannya sehingga kini ia telentang di sofa dengan wajah miring menatap
TV dengan kaki kanan ditekuk dan bersandar di badan sofa, sementara kaki
kirinya menjejak lantai.

Aku perlahan naik ke sofa, duduk di dekat selangkangannya. Kemudian aku
beringsut maju sehingga akhirnya batang kontol bagian bawahku menempel
sela-sela bibir memek ibu yang rapat. Perlahan aku menindih ibu. Karena
ibu lebih tinggi sedikit, posisi ini membuat kepalaku tidak sejajar
dengan kepala ibu.

Perlahan kucium pipi ibu. Ibu tetap menonton TV. Lalu aku perlahan
menciumi pipinya untuk kemudian bergerak ke arah bibirnya yang sedang
tertutup. Akhirnya bibirnya kucium. Tak ada reaksi. Kukecupi bibirnya,
namun tidak ada respons dari ibu. Bagaikan mencumbu boneka saja, pikirku
kesal, apalagi aku harus miringkan kepala segala.

Aku keluarkan lidahku dan menjilati sela-sela bibirnya. Mulut ibu
membuka. Kujilati giginya yang terlihat. Ibu masih menatapku saja dan
membuka mulut namun dengan gigi yang terkatup. Aku jadi sebel.

giginya buka, dong! rengekku.

Ibu mendengus sambil tersenyum lebar melihatku yang lagi horny dan
penasaran ini. Lalu dia menjulurkan lidahnya. Aku segera menjepit lidah
ibu dengan kedua bibirku dengan posisi lidahku di bawah lidahnya lalu
mengemuti lidah ibu yang hangat dan basah itu. Ibu melepaskan sedotanku
dengan memalingkan wajahnya.

Aku merengek lagi. Ibu tersenyum nakal dengan mulut yang bergerak seakan
mengunyah sesuatu. Kemudian ibu membuka mulutnya lagi dan mengeluarkan
lidahnya lagi, kini dengan terlumur ludah yang lumayan banyak. Aku
segera memiringkan wajah sehingga lidah atasku menjilat lidah atas ibu
yang bermandikan ludah ibu.

Ibu tersenyum, namun kulihat kerling nakal di matanya. Kini lidahnya
sudah di dalam mulut lagi. Namun bibirnya perlahan merekah membuka.
Matanya menatap bibirku. Aku mencium bibirnya dan kali ini ibu membalas
sambil satu tangannya memegang belakang kepalaku dan satu tangan
melingkar di punggungku. Kami berdua saling mendekap satu sama lain dan
berciuman dengan hot.

Kadang-kadang french kiss yang kami lakukan menjadi saling menjilat
lidah satu sama lain, ludah yang ada di mulut kami berdua sudah bukan
hanya dari mulut sendiri-sendiri lagi, melainkan campuran ludah ibu dan
anak. Keringat sudah mulai membanjir keluar dari kelenjar keringat kami
masing-masing, sehingga tubuh kami yang telanjang bulat kini basah oleh
keringat gabungan kami.

Aku mulai menciumi sekujur wajah ibu yang basah oleh keringat. Kujilati
pipi ibu, kujilati telinganya, kelopak matanya, dahinya, rambutnya,
bahkan hidung dan lubangnya tak luput dari sapuan lidahku. Perlahan aku
bergerak ke bawah dan mulai menjilat dan mengecupi lehernya yang basah.
Aku mengangkat kepalaku.

Aku cinta padamu, IBU. kataku perlahan setengah berbisik. Aku tekankan
pada kata ˜ibu™, karena aku ingin ia tahu bahwa aku menyadari bahwa
nafsu birahiku ini memang ditujukan kepadanya. Karena ibu bukanlah
perempuan pelampiasan bagiku. Ibu adalah perempuan yang kucintai dengan
hati dan juga dengan seluruh tubuhku.

Ada kilasan takut di matanya. Mungkin ibu menyadari juga fakta bahwa
anak yang ia kandung dan ia lahirkan kini sedang telanjang bulat
menindih tubuhnya yang juga polos tanpa ada apapun yang menghalanginya.
Namun kilasan takut itu hanya sebentar, karena kilasan birahi muncul
lagi tak lama setelah itu.

Entah kenapa ibu tidak bicara. Seperti halnya ketika di kamar mandi.
Tidak ada kata-kata yang diucapkan kepadaku. Lama setelah ini semua
terjadi dan ketika aku mulai bertambah tua, aku menyadari bahwa ibu
mungkin malu untuk menyatakan gairah yang ia rasakan kepada anaknya
sendiri. Sebagai orang dewasa seharusnya ia menghalangi apa yang akan
terjadi, namun sebagai seorang perempuan yang butuh kasih sayang lelaki,
yang jarang sekali didapatkan dari ayahku yang kadang aku pikir terlalu
sok alim, sehingga apa yang selama ini berusaha ibu pendam dalam-dalam,
meledak keluar ketika mendapatkan penyaluran.

Aku menangkupkan kedua tanganku di bagian bawah buah dada ibu,
membingkai lekuk indah kedua otot menyusui itu sehingga putingnya yang
mancung seakan menjadi pusat pemandang indah yang harus diperhatikan.
Perlahan aku mencium belahan dada ibu yang membagi kedua gunung
kembarnya. Ciumanku dimulai dari bagian atas belahan dada itu menuju ke
bawah.

Lalu aku mencium ke atas belahan dada itu lagi. Ketika sampai di titik
awal, ciumanku berbelok menyusuri pinggiran atas sepanjang permulaan
bukit dada kanan ibu. Nafas ibu mulai memberat. Perlahan ciumanku
bergerak menanjak sedikit demi sedikit bagaikan pencinta alam mendaki
gunung, hanya saja arah jalannya ciumanku bergerak ke kiri dan ke kanan
untuk mencium setiap jengkal kulit putih ibu dalam perjalannya menuju ke
puncak.

Ibu menjewerku perlahan sambil menggumam dengan nada sebal. Sepertinya
dia menginginkanku untuk segera melumat putingnya yang sudah tegak dari
tadi. Tapi aku hanya menatap ibu sambil mengedipkan sebelah mata.
Kulihat ibu memperlihatkan muka cemberut, tapi anehnya, wajah itu tampak
begitu cantiknya di mataku.

Ketika ciumanku di tetek kiri ibu sudah sampai puncak, aku mengecup
cepat puting kiri ibu itu. Ibu menatapku dengan penuh antisipasi,
sementara aku nyengir jail. Tahu-tahu tangan ibu mendorong kepalaku dari
belakang sehingga bibirku membentur pentilnya. Segera aku membuka mulut
dan menyedot putingnya perlahan.

sssshhhh¦ Shsshshhhh¦ ibu mendesah terus sementara aku asyik
mengenyot-ngenyot putingnya yang tegak karena birahi. Lidahku kadang ku
putar dan kadang ku sapu naik turun. Tangan ibu mengelusi rambutku
sementara yang sebelah lagi mengetatkan pelukannya di tubuhku. Lambat
laun aku sadari kontolku kini sudah berada di depan memeknya.

Mulutku beralih mengenyot puting payudara ibu sebelah kanan.
Selangkangan ibu mulai menekan balik kontolku. Memeknya sudah basah
kuyup oleh cairan pelumas yang ditambah dengan keringat kami berdua.
Aroma tubuh ibu kini mulai memenuhi udara malam. Aroma yang berasal dari
kedua ketiaknya dan juga dari lubang kenikmatan ibu.

Bibirku kini mulai menyusuri tubuhnya ke bawah. Sepanjang perutnya aku
tidak melewatkan satu sentipun kulitnya yang putih dan halus itu.
Perlahan bibirku menjelajahi tubuh bagian bawahnya, melewati pusar dan
terus ke bawah. Dengan nafsu aku mulai menjilati dan mengenyoti jembut
ibu yang ikal dan lebat, aroma tubuh ibu semakin santer menusuk hidungku.

aaaahhhhh¦ Meeettttt¦ ssssshhhhhhh

Dengan kedua tanganku, aku membuka bibir vaginanya. Daging memek ibu
berwarna merah muda dan penuh cairan bening. Aroma tubuh ibu di hidungku
membuat aku seakan sedang bernafas di dalam dunia yang diisi bukan oleh
oksigen, melainkan bau tubuh ibu. Kucolok bagian dalam memek ibu dengan
lidahku lalu aku jilat ke atas, menyusuri tiap jengkal otot bagian dalam
memeknya.

Aku sudah tahu rasa memek ibu, karena aku sudah sering menjilat celana
dalam ibu yang ada sisa cairan kemaluannya, namun, kini, menjilati
langsung memek ibu ternyata terasa lebih nikmat, lebih sensual dan lebih
menggairahkan. Fakta bahwa inilah kemaluan seorang perempuan yang adalah
ibu kandungku sendiri malah menambahkan sensasi tersendiri.

ooohhhh¦ Ennnnnaaaakkkkk¦ Jilat terus memek ibu meeettt¦ Belum pernah
ada yang jilati memek ibu¦

Saat kenikmatan seksual seperti ini, tampaknya ibu sudah mulai kelepasan
bicara. Gengsi sebagai ibu sudah dilupakan sama sekali. Bahkan ucapannya
itu membuka rahasia rumah tangganya. Ayah tak pernah menjilati memek
ibu. Dasar lelaki bodoh!

Berkali-kali aku menelan cairan memek ibu yang harum dan licin karena
lidahku yang menjilati lobang kencing ibu itu terus-menerus dibanjiri
cairan memeknya tanpa berhenti. Kenikmatan cairan memek ibu dan juga
begitu halus dan hangatnya liang senggama ibuku membuat aku tahan
berlama-lama mengobrak-abrik bagian dalam kemaluan ibu dengan lidahku.

Kedua tanganku sudah memegangi pinggul ibu yang bahenol, sementara
mulutku terbenam di dalam kemaluan ibu, dan kini kedua paha ibu yang
putih tanpa lemak dan halus itu menjepit kepalaku dengan keras. Klitoris
ibu kurasa sudah mengacung tegak saat beberapa kali lidahku menyapu
daerah itu. Dengan gemas aku kenyot dan hisap klitoris ibu.

Ngentooooooootttttttt¦ Anjiiiiiingggggg loo meeeeet¦ Gue sampeeee¦
Sedot terussssss¦ Isep kenceng-kenceeeennggg¦ Minum air memek
ibuuuuuuuu¦ Makan memek ibu, meeettt¦ Ini minum air memek ibuuuuuuuuu

Cairan memek ibu membanjiri mulutku terkadang aku membuka mulut untuk
membiarkan cairan itu masuk, namun aku terus menyedot-nyedot klitoris
ibu yang adalah cairan surgawi bagiku. Kurasakan selangkangan ibu
bergetar seperti kejang kecil.

ngentooootttttt¦ ngentot ngentot ngentot memeeeeeetttt.!

Dengan teriakan itu, ibu tiba-tiba berbaring diam dengan lemas. Dadanya
tersengal-sengal seperti baru saja lari marathon. Seluruh tubuhnya basah
oleh keringat. Ibu memejamkan mata dengan wajah yang lelah namun penuh
kepuasan.

Aku sudah tidak mampu menahan lagi gejolak birahiku. Inilah saatnya
melepas keperjakaanku. Aku beringsut duduk, kusibakkan memek ibu dengan
tangan kiriku, sementara tangan kananku memegang batang kontolku. Kepala
kontolku kutaruh secara hati-hati di lubang vagina ibu yang sudah licin
sekali. Kucoba tekan, tetapi kontolku melejit.

Kucoba sekali dan ujung kontolku mampu masuk hampir setengah. Kucoba
dorong pantatku tapi lubang memek ibu bagaikan melawan balik. Aku dapat
akal, dengan kepala kontol setengah masuk, aku beringsut menindih tubuh
ibu. Ibu membuka matanya perlahan. Ia menatapku dengan sayu. Perlahan
senyumnya tersimpul.

Aku melingkarkan tanganku di tubuh ibu. Ibu membantuku dengan sedikit
beringsut di sofa. Kutindih badan ibu dengan seluruh badanku, dagu di
dadanya. Lalu dengan kuat-kuat aku peluk ibu dan aku menghentakkan
pantatku ke depan secara kencang sehingga mendadak kontolku menerobos
masuk dengan paksa. Hanya saja tidak sampai setengah jalan, ada
penghalang yang menahan gerak laju kontolku.

Adaaaaaaawwwwwwww¦ teriak ibu. Kedua tangannya menangkap pinggulku dan
menahannya.

Mau Memet cabut aja, bu?

Ibu menggeleng-geleng.

Jangan bergerak dulu. Sakit. Kontolmu panjang dan gede banget. Kontol
ayahmu itu kecil. Panjangnya ga sampai 7 senti dan kurus. Kayak punyanya
anak kecil. Memek ibu ga biasa dengan kontol segede milikmu, karena kamu
anak kecil tapi kontolnya kayak punyanya orang gede. Itu kayaknya
selaput dara ibu.

apa? Ibu masih perawan?

sebenarnya sih enggak. Cuma kontol ayahmu ga sampai menerobos masuk,
hanya menowel sedikit saja. Ibu hanya merasa sakit sedikit pada saat
malam pertama, tapi tidak ada darah. Ayah kamu pikir ibu sudah tidak
perawan, sampai-sampai dia bawa senter dan melihat ke dalam lubang ibu.
Walaupun terlihat juga selaput dara ibu masih utuh, tapi ayah dan ibu
bertengkar, karena ibu merasa ayah tidak percaya sama ibu.

dan untung saja Memet lahir cesar. Kalau enggak Memet ga akan mengambil
keperawanan ibu sendiri. Ya, nggak bu?

Ibu menatapku sayu dan mengangguk.

anakku yang ganteng berhasil mengambil keperawanan ibunya yang selama
ini dijaga dengan setia. Kamu emang beruntung banget, Met.

Dalam hati aku memang jadi bersyukur banget, secara fakta ibu memang
tidak perawan, tapi secara teori, ibu adalah perawan karena selaput
daranya belum kena bobol orang. Aku jadi bersemangat karena dapat
menjadi orang pertama yang menjebol selaput dara ibu.

Kami berpelukan dan terdiam selama beberapa menit. Secara iseng, aku
hisapi lagi kedua susu ibuku itu. Lama-kelamaan memek ibu mulai
mengeluarkan cairan pelumasnya lagi. Pegangan ibu di pinggulku juga
sudah melemah. Ia mulai memeluk tubuhku dan mengelus kepalaku.

penuh banget memek ibu, katanya,kamu memang lelaki jantan,

Vagina ibu bagai bernafas karena kurasa terkadang menutup dan membuka.

Bu¦ Memet mau dorong, boleh ya?

Ibu mengangguk pelan. Sambil berkata.

ambil selaput dara ibumu, Met. Ibu udah ga sabar.

Aku memeluk ibu dengan kuat seperti tadi, lalu aku tarik perlahan
kontolku, mengambil ancang-ancang dan lalu mendorong lagi dengan tenaga
yang lebih keras dari sebelumnya. Tetapi baru 3/4 batangku amblas di
memeknya dan penetrasiku berhenti lagi. Kontolku serasa dijepit keras
sekali oleh otot dinding vagina ibu yang hangat.

Sedikit sakit kurasa di sekujur batangku yang menancap di dalam memek
ibu. Kontolku berhenti karena mentok. Kurasakan kepala kontolku menancap
di sesuatu yang terasa seperti celah. Berarti kontolku sudah masuk dan
memenuhi liang vagina ibu, sementara karena panjangnya yang tidak normal
bagi orang Asia, kepala kontolku kini menekan di ujung liang vagina ibu.

Kamu sudah di pintu rahim ibu. Kalau kamu dorong, artinya kontolmu
sampai ke rahim ibu.

boleh ga?

tunggu dulu kayak tadi, biar lubang memek ibu beradaptasi sama kontolmu
yang besar, Met. Isepin tetek ibu kayak tadi biar cairan ibu keluar
lebih banyak lagi.

Bagaikan katak telungkup di daun teratai, aku menindih ibu dengan kontol
bersarang 3/4 bagian dalam memeknya, sementara mulutku asyik mengunyahi
payudara ibu secara perlahan dan terkadang pindah ke toket yang satunya.
Dada ibu sudah penuh cupangan dan ludahku yang bercampuran dengan jus
keringat kami berdua.

coba tarik dorong pelan-pelan, jangan tembusi rahim ibu dulu. Biar
lobang memek ibu sedikit longgar dulu.

Aku ingin lihat batangku yang akan aku tanam dan tarik di kemaluan ibu,
maka aku ambil posisi duduk untuk lalu kini pelan-pelan aku tarik
keluar. Sempitnya lubang ibu sungguh mengeluarkan perasaan ngilu tapi
nikmat sepanjang batangku yang menggeleseri dinding dalam gua kenikmatan
ibu. Aku berhenti sampai hanya kepala kontolku saja yang ada di dalam
vagina ibu, kulihat batangku itu basah oleh cairan pelumas kemaluan ibu
dan ada darah ibu yang menyelimuti kontolku juga.

Memek ibu berdarah. Sakit ya? kataku khawatir.

Ibu menggeleng perlahan.

sakit sedikit, tapi rasa enaknya sangat melampaui rasa sakit itu.
Jangan takut, itu darah dari selaput dara ibu yang kamu koyak.

Perlahan aku dorong kontolku, sepanjang perjalanan kontolku memenuhi
seluruh dinding kemaluan ibu mengirimkan sinyal ngilu sepanjang kontol,
ngilu yang enak sekali, bahkan dengkulku juga ikut merasakan ngilu yang
nikmat itu. Sambil terus duduk dan menatapi alat kencing ibu yang sedang
digagahi kontolku, aku terus mengentot memek ibu, pertama-tama perlahan,
namun seiring waktu gerakanku sedikit lebih mudah karena bantuan cairan
ibu yang kembali berproduksi, dan juga otot vagina ibu sudah mulai
beradaptasi dengan besarnya kontol yang sedang menggergaji masuk keluar.

enaaaakkkkkk¦ Ngilu-ngilu nikmaaaaat¦ Terus Meetttt¦ Ibu belum pernah
ngerasa memek ibu penuh banget kayak giniiiii¦ Enak banget memek ibu di
masukkin kontolmu, Meettt¦ Aaaahhhhhh ibu memejamkan mata dan terus
mengerang keras sambil mengucapkan kata-kata yang makin lama makin
membuatku tambah bernafsu dalam menyetubuhi ibu.

sekarang coba tempel kontolmu di lubang rahim dulu kata ibu. Aku
menurut, waktu aku dorong masuk kontolku, aku berhenti ketika mentok di
lubang kecil rahimnya. Aku sebenarnya ga tahan karena lubang ibu nikmat
banget, perlahan aku melakukan gerakan kecil tarik dan dorong untuk
menikmati dinding vagina ibu yang sempit.

jangan dorong lagi. Gini aja¦ Coba kayak tadi waktu kamu perawanin ibu.
Kayaknya harus dipaksa. Kamu ambil ancang-ancang, jangan terlalu jauh
dari lubang rahim ibu, kemudian kamu genjot keras-keras memek ibu dalam
satu tusukkan.

Yakin bu? Nanti sakit lagi.

biasanya abis sakit pasti enak¦ Tadi aja kamu perawanin ibu rasanya
sakit banget. Tapi abis itu kerasa enak banget waktu kamu mulai
ngentotin ibu. Ibu yakin, met¦ Ayo coba paksa kontolmu masuk ke rahim ibu.

Aku peluk ibuku lagi erat-erat. Ibu menahan nafas, lalu aku hentakkan
lagi kontolku kuat-kuat ke depan. Dengan paksaan, kepala kontolku
berhasil menembus ujung liang memek ibu dan dengan bunyi plop yang hanya
dapat kurasakan di kontol dan tak kudengar, seluruh batangku amblas
dalam tubuh ibu dan akhirnya aku dan ibu menjadi satu tanpa halangan dan
jarak apapun di antara selangkangan kami yang menempel.

uuuuuuhhhh¦ Tahan dulu¦ Jangan goyang dulu¦ kata ibu.

Kami berdua bernafas secara cepat karena mengalami petualangan seks yang
masing-masing belum pernah alami sebelumnya.

memek ibu jadi longgar nih¦ Ayah kamu pasti curigaaaa¦

Ibu milik memet sekarang. Mending ibu cerai sama ayah saja. Memet ga
mau berbagi sama ayah.

bener kamu mau ayah sama ibu cerai? Sebenarnya ibu dari dulu mau cerai
sama ayahmu. Tapi karena kamu, ibu menahan diri selama ini.

bener bu. Kita kawin aja.

ini kan lagi kawin. Kamu lagi ngawinin ibu sendiri.

Lucu juga kalau ada orang yang melihat kami saat ini. Seorang ibu cantik
sedang berpelukan dengan anak kandungnya tanpa memakai sehelai baju,
sementara kedua alat kelamin mereka menyatu dan mereka berdua asyik
membicarakan perceraian sang ibu dengan ayah.

sakitnya udah reda sedikit, kata ibu,coba kamu goyang perlahan-lahan.

Aku mulai menarik perlahan kontolku sehingga batangku merasakan tiap
jengkal otot dinding vagina ibu sampai kepala kontolku keluar dari rahim
ibu dan berhenti di tengah vagina ibu, berhubung bila lebih jauh lagi,
aku harus memundurkan posisi tubuhku lebih banyak lagi, jadi aku ga mau
lebih jauh lagi menarik kontolku.

Lalu perlahan aku majukan lagi kontolku sehingga batang kontolku kembali
menggesek dinding vagina ibu yang sempit itu, pada saat sampai di celah
rahim, hanya ada halangan sedikit, terasa bagaikan mobil melindas polisi
tidur, kepala kontolku bagai menggesek benjolan kecil berbentuk cincin,
tapi kontolku tidak terhalang apapun sampai seluruh kontolku masuk lagi
di dalam memek ibuku.

sssshwhhhhhh¦ ibu mendesis. Ia menutup matanya sambil menggigit bibir
bawah.

sakit?

Ibu menggeleng.

terus kocok pelan-pelan memek ibu pake kontolmu, met.

Aku lalu mengocok kontolku pelan-pelan di dalam memek ibu. Makin lama
celah rahim ibu akhirnya tidak terasa lagi. Tampaknya liangnya sudah
terbuka penuh mengakomodir besarnya kontolku.

lebih cepat, Met¦ Sssshhhhhh¦ Entotin ibu lebih cepat lagi¦

Kami saling mengerang dan mendesah, sementara ibu mulai menggerakan
pantatnya mengikuti irama entotanku. Kami menari bukan selayaknya ibu
dan anak, tetapi menarikan tarian persenggamaan yang seharusnya
dilakukan antara isteri dan suaminya, sehingga kini secara de facto ibu
adalah isteriku. Persetubuhan kami itu adalah suatu pengalaman paling
luar biasa yang pernah aku jalani.

Mungkin hal ini juga yang membuat ayahku tidak memiliki nafsu seks yang
tinggi. Banyak hal menjadi jelas kepadaku. Di kemudian hari, saat ibuku
dan aku menjadi pasangan kekasih, ibu membuka segala rahasia perkawinan
mereka. Ternyata mereka pisah ranjangpun karena mereka bertengkar dengan
hebat mengenai perihal ranjang perkawinan mereka yang bagi ibu adalah
suatu proses yang tidak pernah memuaskannya.

Betapa bahagianya aku mengetahui bahwa tidak pernah ada benda yang
pernah masuk sejauh kontolku memasuki tubuh ibuku. Betapa untungnya ibu
selama ini tidak membeli dildo atau menggunakan timun dalam menstimulasi
hubungan seksual. Untung saja ibu belum pernah selingkuh dengan orang
lain. Semua keuntungan ini dalam pikiranku adalah suatu bentuk takdir,
bahwa memek ibu yang indah itu, walaupun pernah disenggama oleh ayah,
tetapi tidak pernah secara benar dientot.

Kini ibu sangat menikmati dientot lelaki secara benar dan walaupun yang
mengentoti ibu adalah anaknya sendiri yang tidak berpengalaman, namun
karena sebenarnya ibu juga tidak benar-benar berpengalaman dalam
hubungan seksual yang saling memuaskan, maka dalam kenyataannya kami
berdua bagaikan pasangan pengantin baru yang sedang mengalami
persetubuhan pertama kalinya.

Ibu mengangkat kepalaku yang sedang asyik menyelomoti seluruh dadanya
yang sudah penuh cupangan, ludah dan keringat. Ia menunduk sedikit
sehingga kami berciuman. Ibu menciumku begitu bernafsunya sehingga
terkadang terdengar suara kecupan keras ditingkahi suara dari mulut ibu.

mmmpphh¦ Mmmmphhhhh¦

Lidah kami saling mengaduk-aduk isi mulut kami dan saling menjilat satu
sama lain. Aku menjadi terpengaruh permainan liar ibu. Pantat ibu
bergoyang-goyang makin keras dan berputar-putar sambil maju mundur. Aku
tak mau kalah sambil memutar pantat aku juga perlahan menambah terus
tenaga dorongan pantatku.

Ibu menahan kepalaku sehingga kami melepaskan ciuman saat kedua mulut
kami membuka dan lidah kami sedang saling menekan. Ibu berdehem sambil
terlihat mulutnya mengumpulkan ludah, ia mendekati mulutku yang terbuka
sedikit. Ibu menganggukan kepala padaku sambil menatap bibirku. Aku
mengerti maksud ibu, aku buka mulutku lebar-lebar, ibu mengeluarkan
ludahnya perlahan.

Selama itu selangkangan kami terus bertumbukkan dengan cepat dan
mengeluarkan suara benturan yang keras. Setelah semua ludah ibu jatuh ke
lidahku, aku mengulum air liur itu beberapa saat.

Nikmati ludah ibu, Met¦ Ssshhhhhh kata ibu di antara desahan dan
erangannya,kamu emang anak yang punya otak kotor. Dari SD kamu udah
masturbasi pake celana dalam ibu. Pake di bawah ke kamar ibu.

Aku agak kaget bahwa ternyata dari dulu ia sudah tahu bahwa aku
terobsesi dengan dia.

Ibu pertama kali tahu sebenarnya marah, kata ibu lagi masih di antara
desahan dan erangan. tapi ga lama ibu pikir kamu sudah mulai dewasa.
Kamu punya keinginan seksual sebenarnya lumrah bagi manusia. Ibu tadinya
mau melarang kamu, tapi ibu sendiri merasa bahwa selama hidup ibu, ibu
menahan gejolak seksual dan ibu tidak bahagia.

namun akhir-akhir ini, ibu jadi penasaran, maka ibu coba ambil celana
dalam ibu yang baru kamu kembalikan ke keranjang. Ibu lihat bagian
selangkangannya penuh lendir peju kamu. Bagian selangkangan itu sudah
keras, tanda sudah kamu semprot dengan mani kamu berkali-kali. Banyak
sekali peju kamu dan wanginya sungguh jantan.

lama-lama ibu juga jadi sering masturbasi sambil mengendusi celana
dalam ibu yang penuh peju kamu. Baru minggu lalu ibu coba jilat, dan
ternyata ibu tidak jijik. Bahkan nikmat banget. Ibu jadi ketagihan
sperma kamu. Hanya saja, ibu ga akan mau memulai sesuatu yang tabu
seperti ini. Jadi semuanya ibu simpan saja dalam hati.

Aku memperhatikan wajah ibu yang menunjukkan birahi, namun juga,
memperlihatkan wajah sedih. Ibu sedang berusaha menjelaskan kenapa ia
mau aku gauli. Ia sedang berusaha membuatku mengerti. Lucunya kami
berdua tetap mengentot dengan irama yang sama sepanjang monologue yang
ibu ucapkan.

ibu tahu kamu sering bolak-balik kamar mandi pura-pura mau buang air
besar hanya untuk melihat sedikit tubuh telanjang ibu yang terbalut
handuk. Ibu dari dulu sudah merasa tersanjung bahwa bahkan anak kecil
suka melihat tubuh ibu. Walaupun anak kecil itu adalah anak ibu sendiri.
Melihat bahwa ada manusia, selain suami ibu yang menginginkan ibu secara
seksual, membuat ibu bahagia.

tetapi waktu pertama kamu lihat ibu telanjang bulat, ibu berani sumpah
ibu tidak sengaja. Ibu sedang membayangkan bau peju kamu ketika ibu
mengambil handuk untuk melap badan ibu, sehingga ibu tidak sadar dan
menjatuhkan handuk itu. Ibu pada mulanya ingin memanggil kamu untuk
minta diambilkan handuk, tapi entah kenapa ibu langsung sikat gigi.

Ibu tahu kamu selalu menunggu di depan pintu kamar mandi menunggu suara
ibu gosok gigi. Ada perasaan aneh yang menguasai ibu ketika ibu
membayangkan kamu buka pintu mendapatkan ibu tidak memakai handuk, bahwa
ibu sedang gosok gigi dengan telanjang bulat. Ibu merasa senang sekali
ketika membayangkan ini semua.

dan kamu memang langsung buka pintu. Beberapa kali ibu lirik kamu namun
kamu tidak tahu, karena kamu terlalu fokus melihat tetek dan jembut ibu.
Perasaan aneh yang membuat ibu senang itu bertambah berlipat-lipat.
Bahkan ayah kamu sendiri tak pernah melihat tubuh telanjang ibu dengan
pandangan penuh nafsu dan cinta seperti kamu.

Penjelasan ibu di tengah persenggamaan kami entah kenapa membuat nafsuku
menjadi makin liar dan beringas. Memek ibu kutusuk-tusuk dengan begitu
kerasnya, namun ibu tidak terlihat kesakitan, malah ia juga membalas
dengan dorongan keras dari pantatnya. Memek sempit ibu walaupun masih
sempit, tapi sudah banjir cairan pelumas serasa mengeluarkan hawa panas
dalam kelicinannya.

ketika kamu bilang kamu cinta pada ibu. Ibu langsung mengetahuinya. Ibu
mengetahui mengapa ibu memiliki perasaan aneh saat kamu memandang ibu
dengan penuh birahi. Ibu menjadi takut untuk sebentar. Itu karena ibu
baru menyadari bahwa perasaan aneh yang ibu alami itu adalah perasaan
cinta. Suatu cinta yang aneh yang belum pernah ibu rasakan sebelumnya.

Cinta yang luas sekali. Ibu cinta kamu sebagai seorang ibu kepada anak,
tetapi ditambahkan juga dengan cinta seorang perempuan kepada seorang
lelaki, itulah mengapa ibu pertama-tama sulit mengetahui perasaan apakah
yang ibu rasakan ini. Ibu mencintai kamu sebagai ibu yang mengasihi
anaknya dan rela untuk menyerahkan segalanya kepada anaknya, termasuk
kemaluan ibu.

ibu juga cinta padamu, anakku.

Pada saat itu sejenak dua tubuh kami terdiam dan kedua mata kami
bertatapan lekat-lekat. Kulihat sinar takut yang bercampur birahi di
mata ibu. Sebelumnya aku hanya menebak-nebak saja apa pikiran ibu, namun
dari penjelasan ibu barusan, aku baru mengerti. Ibu mencintaiku. Cinta
seorang ibu kepada anak.

Bagaikan dua orang yang memiliki satu otak yang sama, ibuku dan aku
dalam waktu berbarengan merasakan suatu rasa cinta yang meluap-luap
kepada satu sama lain. Kami baru menyadari bahwa kami memiliki cinta
yang sama. Suatu pemahaman yang hanya dapat dibagi dan dirasakan oleh
pasangan soulmate. Suatu komunikasi dan pengertian tanpa kata-kata.

Dari pemahaman telepati itu, kami berdua berbarengan juga mulai saling
mengentot dengan intensitas yang tinggi. Kami saling mencucukkan kelamin
kami secara cepat dan kencang sehingga berkali-kali tubuh kami
berbenturan keras di selangkangan. Pelukan kami berdua bertambah
ketatnya, sampai-sampai aku kadang merasa sesak.

entot ibu keras-keras! Tusuk memek ibumu kencang-kencang,
meeeeeetttt!!! Ibu sudah mau sampaiiiiiiii!!!!!

Memet mau sampai juga, buuuu!!!! Memek ibu nikmaaaat¦ Sempit dan panas¦
Wangi dan liciiiinnnnn!!!!!

gagahi ibu kuat-kuat, yaaaangg¦ Anakku sayaaanggg¦ Anak kandungku
mengentoti aku¦ Entot ibumu naaaaakkkkk¦ Semprot rahim ibu dengan
pejumu¦ Jadikan ibu betinamuuuuuuuu!!!!!

tubuh ibu nikmaaaaaaaattt¦ Memeknya rapet dan wangiiiiii¦ Aku akhirnya
bisa ngentotin ibuku yang seksi dan cantiiiikk¦ Akhirnya Memet bisa
ngentotin ibuuuuuuu¦

Dalam balutan nafsu badaniah dan terbungkus asmara yang tabu, kami
berdua, dua insan sedarah, akhirnya dapat mencapai sebuah puncak
kenikmatan yang sangat tabu, namun terasa sangat benar. Sudah menjadi
takdir bahwa aku mengambil keperawanan ibuku sendiri. Sudah menjadi
takdir bahwa akhirnya hidup ibu yang penuh dengan usaha menahan
nafsunya, kini menjadi suatu kebahagiaan dengan mengumbar nafsu itu
dengan anaknya sendiri.

Saat spermaku mulai kutembak keluar dari kontolku, selintas aku berharap
ibu dapat aku hamili, namun aku tahu bahwa ibu memakai kontrasepsi.
Tetapi pada saat itu aku berjanji bahwa aku harus bisa menghamili ibuku
nanti. Kami berpelukan erat-erat seakan bila pegangan kami mengendur,
kenikmatan itu tak akan dapat tercapai.

Setelah segenap spermaku mengisi rahimnya dan setelah dinding memek ibu
kejang-kejang begitu keras bagaikan gempa setempat, pelukan ibu
mengendur, tangan kanannya diangkat ke atas sehingga bersandar di sofa
sementara tangan kiri tetap memelukku. Ibu memejamkan mata, mulutnya
membuka untuk membantu pernafasannya yang memburu, tenaganya tampak
habis dalam persetubuhan kami.

***

PENUTUP

Berhubung kontolku besar, ketika ejakulasi dan mengecil kontol itu tidak
keluar dari memek ibu. Aku melihat ketiak kanan ibu terbuka, seluruh
ketiaknya mengkilat basah dan bulu keteknya bagai baru disiram air,
basah dan mengeluarkan bau tubuh ibu yang memabukkan kepalaku. Perlahan
kontolku mengeras.

Aku mulai menjilat ketiak ibu dari dasar bawah menuju ke atas ke
lengannya, sepanjang jalan bulu ketek ibu menggelitik lidahku. Ketek ibu
asin namun aku suka asinnya tubuh ibu, bau tubuh ibu yang campuran
sedikit bau asem namun entah kenapa ada bau yang mengingatkan aku kepada
Mie Ayam, membuat kontolku akhirnya mengeras lagi setelah lidahku
beberapa menit asyik menambahkan ludahku sebagai cairan yang memandikan
ketiak ibuku itu.

Met, bisik ibuku. Aku baru sadar bahwa ia telah membuka mata dan
menatapku sambil tersenyum. Katanya lagi masih dengan berbisik,memek
ibu ngilu banget. Ibu capek. Besok aja yah ngentotin ibu lagi?

Aku sebenarnya ga mau berhenti, tetapi kulihat wajah perempuan yang
kucintai itu dihiasi kelelahan yang tampak tak tertahankan. Aku jadi
kasihan. Perlahan aku keluarkan penisku dari lubangnya yang sempit. Ibu
mendesah karena ngilu digesek kontolku yang besar itu. Ibu berterima
kasih setelah seluruh kontolku keluar, namun ia tidak beranjak dari situ
dan tampaknya berencana untuk tidur di sofa.

Tangan kirinya diangkat juga ke atas untuk bersandar di sofa, sehingga
kedua keteknya terpampang jelas. Aku tak peduli lagi apakah ibu akan
marah, aku berlutut di lantai di hadapan ibu, lalu menyerang ketiak
kanan ibu yang baru terbuka itu. Kini jilatanku bagaikan anjing yang
sedang menghabiskan sisa-sisa susu di dalam piring.

Kuambil celana dalam ibu di lantai lalu mengocok penisku lagi. Aku masih
muda, staminaku masih tinggi sekali, dan satu kali ejakulasi tidak
pernah cukup bagiku. Bau tubuh ibu yang kini sudah tertanam dalam
ingatanku dan juga rasa asin tubuh ibu yang dirasa lidahku sudah cukup
bagiku sebagai stimulan.

Hanya saja setiap kali masturbasi, aku agak lama untuk dapat ejakulasi.
Bahkan tadi ketika mengentot ibu pertama kali, aku dapat ejakulasi
berbareng ibu, sebenarnya kalau aku remaja normal aku sudah ejakulasi
dari awal-awal persetubuhan. Namun, aku sudah sering melakukan pijatan
untuk membesarkan kelamin, sehingga sebenarnya adalah latihan baik untuk
stamina persanggamaan selain untuk pembesaran ukurannya.

Setelah lima menit aku jilati ketiak kanan ibu, aku beralih ketiak ibu
yang sebelah lagi, dan terus-menerus aku jilati kedua ketiak ibu. Lima
belas menit lewat, aku tidak merasakan klimaksku mendekat, namun ketiak
ibu itu begitu indahnya sehingga kontolku cenat-cenut ketika mataku
menatapinya. Tak sadar, tanganku membimbing kontolku dan mulai menggosok
ketiak basah ibu itu dengan kepala kontolku.

Sensasi kepala kontol menggesek bulu-bulu ketiak ibu sungguh tak bisa
dilukiskan. Bulu ketiak ibu yang basah menggelitik kontolku, sementara
kehangatan ketiak ibu memberikan suatu kenyamanan bagi kontolku.
Terkadang aku berhenti menggosok ketiak kanan ibu dengan kontolku, agar
mulutku bisa menghisapi bulu ketiak kiri ibuku sementara tangan kananku
yang masih menggenggam celana dalam ibu kembali masturbasi.

enak ya bau badan ibu? Kayaknya kamu doyan banget sama ketek ibu. kata
ibu perlahan. Ia telah membuka matanya sedikit, katanya lagi,kamu boleh
deh ngentotin ibu lagi malam ini. Tapi satu kali aja sambil kamu ciumin
ketek ibu. Ibu sekarang ga bisa memberikan perlawanan, karena
benar-benar capek. Ibu janji lain kali ibu akan membalas cumbuan kamu.

Aku segera memposisikan badanku di atas badan ibu, ibu mengangkat
kakinya, dalam waktu cepat kontolku telah menempel di lubang memeknya
yang kini ternyata basah lagi. Ternyata ibu horny lagi setelah keteknya
kulumati dengan nafsu. Kini dalam satu gerakan cepat dan luwes, batang
kontolku amblas hingga sebagian kontolku menerobos rahim ibu.

Ibu menatapku sayu, kedua ketiaknya terbuka. Aku menjilati ketiak
kanannya yang tadi kugesek dengan kontolku. Bau memek ibu mempertegas
aroma tubuh yang keluar dari ketiaknya, karena kontolku memang tadi lama
sekali masuk dan mengobrak-abrik memeknya. Sehingga kini bau memek dan
cairan sisa vagina ibu ikut menempel di ketiaknya itu.

Tubuh ibu memang lemas, ibu hanya terdiam saja ketika aku mulai
mengentot-entot ibu dengan keras. Tidak ada perlawanan cumbuan dari ibu.
Ibu hanya menggigit bibirnya dan memejamkan mata dengan alis mengkerut.
Sementara, kontolku menggagahi memek sempit ibu lagi, mulutku seakan tak
puas berhenti menjilati ketiak ibuku yang seksi.

Kurasakan dinding kemaluan ibu bergetar seperti kejang lagi dan cairan
memeknya membanjir mengeluarkan cairan hangat. Aku hampir sampai ketika
kurasakan dinding memek ibu meremas-remas kontolku dengan kuat. Namun
sebelum aku sampai, ibu sudah berbaring lagi dengan tubuh yang lemas.
Aku frustasi, sedikit lagi aku akan sampai, ku tarik kedua tangannya ke
atas dan kulihat ketiak ibu yang seksi dan berbulu dan berbau.

Sensasinya kurang mantap, tapi aku sedikit lagi akan sampai. Setelah
berpikir sebentar apa yang harus aku lakukan, aku mendorong tubuh ibu
agar tidurnya menyamping bertumpu di tangan kiri. Ibu yang lemas hanya
menurut. Lalu aku menaruh batangku di ketiak ibu yang masih terbuka,
lalu dengan tangan kiri, aku tutup lengannya, sehingga kini kontolku
dijepit lengan dan tubuh samping kanan ibu, bersarang di ketiaknya.

Dengan kedua tanganku memegangi lengan kanan ibu, aku mulai memaju
mundurkan kontolku yang dijepit lengan dan tubuh ibu. Sensasi bulu
ketiak ibu yang terasa kala aku mengentoti ketek ibu yang tertutup itu
menambahkan sensasi seksualku ke level yang lebih tinggi lagi. Kontolku
yang bermandikan cairan kewanitaan ibu membuat sodokan-sodokan kontolku
yang menggeseki ketiak ibu menjadi lancar, apalagi dibantu keringat ibu
dan ludahku yang sudah lama membasahi bagian tubuh itu.

Akhirnya aku merasakan kenikmatan itu. Sebelum aku ejakulasi, aku
pentangkan lengan ibu lagi sehingga aku dapat melihat ketiak seksi ibu.
Sambil dibantu tangan kananku, aku mengarahkan kontolku ke tengah ketiak
ibu. Kontolku memuntahkan sperma tepat di bulu ketiak ibu. Gumpalan demi
gumpalan peju yang tebal kutembakkan dari dalam penisku ke ketiak ibu.

Dengan tubuh lemas dan rasa yang sangat puas. Aku pandangi tubuh seksi
ibuku yang tertidur tanpa tertutup apapun kecuali beberapa genangan
spermaku yang kental. Hari itu, tak pernah terlupakan sepanjang hidupku.
Hari di mana aku menjadi seorang laki-laki. Hari di mana ibu menjadi
seorang perempuan seutuhnya dengan merelakan selaput daranya kepadaku.

Baca Juga Di : Bokep Indonesia

Baca Juga Di : Bokep Asia

Baca Juga Di : Bokep Jepang

Baca Juga Di : Bokep Korea

Baca Juga Di : Porn Sex Asian

Baca Juga Di : Bokep Eropa

Komentar